BAB I
MESIN LAS LISTRIK

Gambar Mesin Las Listrik
A.
Pengertian
Las
listrik juga biasa disebut las busur listrik, yaitu proses penyambungan logam
dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi sumber panas pada
las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan
benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik
las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api
arus listriik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja
dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar
dipisahkan. Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap.
B.
Macam-Macam
Mesin
Las
Listrik
1.
Mesin Las
Arus Bolak Balik (Mesin Las AC)

Gambar Mesin Las AC
Mesin las arus bolak balik memperoleh busur
nyala dari transformator, dimana dalam pesawat las ini arus dari jaring–jaring
listrik dirubah menjadi arus bolak–balik oleh transformator yang sesuai dengan
arus yang digunakan untuk mengelas, sehingga mesin las ini disebut juga mesin
las transformator. Karena langsung menggunakan arus listrik AC dari PLN yang
memiliki tegangan yang cukup tinggi dibandingkan kebutuhan pengelasan yang
hanya membutuhkan tegangan berkisar 55 Volt sampai dengan 85 Volt maka mesin las ini menggunakan
transformator (Trafo) step-down, yaitu trafo yang berfungsi menurunkan
tegangan.
Transformator yang digunakan pada peralatan las
mempunyai daya yang cukup besar. Untuk mencairkan sebagian logam induk dan elektroda
dibutuhkan energi yang besar, karena tegangan pada bagian terminal kumparan
sekunder hanya kecil, maka untuk menghasilkan daya yang besar perlu arus besar.
Arus yang digunakan untuk peralatan las sekitar 10 ampere sampai 500 ampere.
Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan las. Untuk keperluan
daya besar diperlukan arus yang lebih besar pula, dan sebaliknya. Arus pada
transformator dapat disetel sesuai kebutuhan dengan memutar ulir penyetel arus.
Pada transformator las AC, terdapat dua kabel yaitu kabel busur dan kabel masa,
dimana jika kedua kabel tersebut tertukar, tidak akan mempengaruhi perubahan
temperature yang timbul.
·
Kelebihan dari mesin las arus
searah (AC)
a. Perlengkapan dan perawatan lebih murah
b. Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar untuk
mempengaruhi yang dihasilkan
c. Nyala busur kecil sehingga mengurangi timbulnya
keropos pada rigi-rigi las
·
Kekurangan dari mesin las arus
searah AC
a. Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda
b. Tidak dapat digunakan untuk mengelas semua jenis logam
2. Mesin Las Arus Searah (Mesin Las DC)
Gambar Mesin Las DC
Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh
nyala busur listrik adalah arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin
berupa dynamo motor listrik searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik,
motor bensin, motor diesel, atau alat penggerak yang lain. Mesin arus yang
menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya memerlukan peralatan yang
berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk
mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Arus bolak-balik
diubah menjadi arus searah pada proses pengelasan mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain:
a.
Nyala busur listrik yang dihasilkan lebih stabil
b.
Setiap jenis elektroda dapat digunakan pada mesin las DC
c.
Tingkat kebisingan lebih rendah
d.
Mesin las lebih fleksibel, karena dapat diubah ke arus bolak-balik atau
arus searah
e.
Dapat dipergunakan untuk mengelas plat yang tipis
Mesin las DC ada 2 macam, yaitu mesin las
stasioner atau mesin las portabel. Mesin las stasioner biasanya digunakan pada
tempat atau bengkel yang mempunyai jaringan listrik permanen, misal listrik
PLN. Adapun mesin las portabel mempunyai bentuk relatif kecil biasanya
digunakan untuk proses pengelasan pada tempat-tempat yang tidak terjangkau
jaringan listrik. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian mesin las
adalah penggunaan yang sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan oleh prabrik
pembuat mesin, perawatan yang sesuai dengan anjuran. Sering kali gangguan-gangguan
timbul pada mesin las, antara lain mesin tidak mengeluarkan arus listrik atau
nyala busur listrik lemah.
Mesin las
DC mempunyai polaritas yang berbeda – beda, tidak seperti mesin las AC yang
dapat digunakan dengan kutub sembarang (terbalik – balik).
Berikut
ini adalah polaritas mesin las DC
a.
Hubungan arus polaritas
terbalik (DCRP)
DCRP (Direct
Current Reverse Polarity) adalah jika kabel masa dipasang pada benda kerja
dengan kutub anoda dan kabel elektroda dihubungkan dengan kutub anoda. Pada hubungan DCRP, panas yang diberikan
oleh mesin las didistribusikan 1/3 ke benda kerja dan 2/3 nya ke elektroda
sehingga panas yang diberikan mesin las ke elektroda lebih banyak daripada
panas yang diberikan ke benda kerja.
b.
Hubungan arus polaritas
lurus (DCSP)
DCSP (Direct
Current Straight Polarity) adalah pemasangan kabel las dengan menghubungkan
antara kabel masa (benda kerja) dengan kabel anoda (positif) dan kabel
elektroda dengan kutub katoda (negatif).
Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih banyak daripada panas yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3 banding 1/3.
Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih banyak daripada panas yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3 banding 1/3.
3.
Mesin
Las Ganda (Mesin Las AC-DC)
Mesin
las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan
arus bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator satu fasa dan sebuah
alat perata dalam satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik diambil dari
terminal lilitan sekunder transformator melalui regulator arus. Adapun arus
searah diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran arus bolakbalik
atau arus searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan memutar alat
pengatur arus dari mesin las.
Mesin
las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai semua kemampuan yang dimiliki
masing-masing mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las jenis ini sering
digunakan untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis pekerjaan yang
bermacam-macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk pengelasan
berbeda. Mesin las arus ganda dapat menyuplai arus antara 25 ampere sampai 140
ampere yang digunakan untuk mengelas plat – plat tipis, baja anti karat
(stainless steel) dan alumunium. Untuk mengelas benda kerja yang tebal ,arus
dapat disetel 60 – 300 ampere.
C.
Macam–Macam Proses dan Jenis Las Listrik
Berdasarkan
Panas Listrik
a.
SMAW (Shield Metal Arch Welding)
SMAW
adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunakan busur nyala
listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai
dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang
dipakai hanya 23 - 45
Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga
500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere. SMAW merupakan pekerjaan manual
dengan peralatan meliputi power source, kabel elektroda, kabel kerja
(work cable), electrode holder, work clamp, dan elektroda.
Elektroda dan system kerja adalah bagian dari rangkaian listrik.

Gambar SMAW
b.
SAW (Submerged Arch Welding)
SAW
adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk
mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan
butiran–butiran fluks/ slag sehingga busur nyala terpendam di dalam
ukuran–ukuran fluks yang melindunginya dari kontaminasi udara, yang kemudian
flux tersebut akan membentuk terak las (slag) yang cukup kuat untuk melindungi
logam pengelasan hingga membeku.

Gambar SAW
c.
ESW (Electro Slag Welding)
ESW
adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada
jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan
fluk berjalan terus dan
menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda
terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang
dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk/ slag cukup
tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas
tempraturnya mencapai 3500°F atau setara dengan 1925°C

Gambar ESW
d.
SW (Stud Welding)
SW
adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja
dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector
“.
e.
ERW (Electric Resistant Welding)
ERW
adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang
dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam
yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat
dinding pesawat, atau pada pagar kawat.
f.
EBW (Electron Beam Welding)
EBW
adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya
disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang
dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Pengelasan ini
dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi.
Berdasarkan
Panas Listrik dan Gas
a.
GMAW (Gas Metal Arch Welding)
GMAW terdiri
dari ; MIG (Metal Inert Gas) dan MAG
(Metal Active Gas) adalah pengelasan
dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai
sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung
oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2.
Metal Inert
Gas (MIG)
adalah juga las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya arus listrik. Pengelasan
MIG secara luas digunakan setiap kali dibutuhkan peleburan/penyatuan logam
dengan kecepatan tinggi dan sedang. MIG digunakan untuk mengelas besi atau
baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan Karbon dioxida CO2.
b.
GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)
GTAW
adalah pengelasan dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang
terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnya digunakan bahan yang sama
atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas
kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni.
c.
FCAW (Flux Cored Arch Welding)
Flux cored
arc welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluk inti tengah
/ pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan
SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan menggunakan arus listrik AC atau DC
dari pembangkit listrik atau melalui trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok
filler elektroda secara mekanis
terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal induk.
Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon dioxida CO2.
Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan
pengelasan biasa disebut dengan super anemo.
d.
PAW (Plasma Arch Welding)
PAW
adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini
gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan
Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous
dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000°C.
D.
Perlengkapan Las Listrik
1.
Kabel Las
Inti
kabel penghantar ini biasanya terbuat dari tembaga yang dipintal, dibungkus
dengan isolator, dan diberi penguat agar tidak mudah patah atau terkelupas. Kabel ini harus lentur, tidak kaku, agar tidak mengganggu operator saat
bekerja. Kabel ini terbagi atas dua bagian pokok yakni kabel primer dan kabel
sekunder, artinya kabel primer adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga
dengan mesin las sedangkan kabel sekunder adalah kabel elektroda dan kabel
massa.

Gambar Kabel las
2.
Tang Elektroda
Tang elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las.
Alat ini terdiri atas mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat

Gambar Tang Elektroda
3.
Klem Massa
Klem
massa digunakan untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Agar arus
lisrik dapat mengalir dengan baik maka klem massa biasanya dibuat dari bahan
penghantar yang baik misalnya tembaga, juga dilengkapi dengan pegas yang kuat
agar klem dapat menjepit benda kerja dengan kuat.

Gambar Klem Massa
4.
Sikat kawat (wire
brush)
Sikat
kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa
terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat terbuat dari kawat-kawat
baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat
mengisolasi panas dari bagian yang disikat.

Gambar Sikat Kawat
5.
Palu las (chipping
hammer).
Palu
las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan
dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu
membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi mata dari percikan
bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan untuk memukul pada
bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul
benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujung-ujung
palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar Palu Las
6.
Tang Penjepit
Tang
Penjepit digunakan untuk memegang benda kerja hasil dari pengelasan yang
mengalami pemanasan.

Gambar Tang Penjepit
7.
Air
Air digunakan untuk
mendinginkan benda kerja setelah pengelasan.
E.
Elektroda

Gambar
Elektroda
Elektroda dibagi menjadi
beberapa klasifikasi
·
Elektroda menurut bahannya
a.
Elektroda baja karbon
b.
Elektroda baja paduan
c.
Elektroda bukan baja (non ferrous)
Komposisi
bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah memilih bahan tambah untuk mengelas
benda kerja yang sesuai dengan bahan elektroda.
·
Elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan hubungan dengan bahan
pengelasan
a.
Elektroda yang habis terpakai
(Shielded Metal Arc Welding)
Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda yang habis
menutupi bahan atau kampuh las dalam proses las dan juga gas yang keluar akibat
melelehnya elektroda dan lapisan pelindung digunakan sebagai pelindung saat
pengelasan busur. Tujuannya lapisan las dilindungi adalah untuk mencegah
oksidasi. Lapisan pelindung ini jika sudah mengering akan membentuk terak yang
mudah untuk dihilangkan dengan palu atau sikat terak. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk melindngi oksidasi berasal dari gas pembakaran busur itu
sendiri atau dengan lapisan pelindung kimia dan butir–butir zat pelindung
oksidasi pada las SAW.
Adapun lapisan–lapisan tersebut terdiri dari beberapa jenis yang
disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungan yang tepat untuk berbagai jenis
pengelasan. Jenis–jenis lapisan pelindung yang dimaksud antara lain :
- High
cellulose sodium
- High
cellulose potassium
- Low
hydrogen sodium
- Low
hydrogen potassium
- Iron
powder, low hydrogen
- High
iron oxide
- High
iron oxide, iron powder
- High
titania potassium
- Iron
powder, titania
- High
tittania sodium
- Low
hydrogen potassium, iron powder
b. Elektroda yang tidak langsung habis terpakai (tungsten electrode)
Adalah jika elektroda yang dipakai berbahan tungsten, yaitu elektroda
yang memiliki ketahanan panas yang tinggi terhadap suhu las dan hanya digunakan
sebagai busur tetap untuk jarak tertentu. Elektroda ini digunakan pada
pengelasan dengan metode GTAW.
·
Elektroda menurut lapisan pelindungnya
a.
Elektroda berbalut
Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan pada proses mengelas
dengan busur nyala, dimana balutan dari suatu kawat inti elektroda terbuat dari
bahan – bahan seperti soda silikat, alumunium silikat, besi mangan, titan
dioksida, kalsium karbonat dan sebagainya.
Pada umumnya elektroda berbalut dibedakan menjadi dua yaitu
o
Elektroda berbalut tipis mempunyai
tebal lapisan balutan 0,1mm dan berat lapisan sekitar 1% – 5% dari berat
elektroda.
o
Elektroda berbalut tebal mempunyai
lapisan sekitar 1 – 3 mm dan berat lapisan sekitar 15% – 30% dari berat
elektroda.
Fungsi lapisan
elektroda adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan Suatu perisai yang melindungi sekeliling busur api sehingga
oksigen dan nitrogen tidak memasuki logam las.
2. busur api stabil dan mudah dikontrol.
3. Mengisi setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemen-elemen
tertentu dari genangan las.
4. Menyediakan suatu terak pelindung untuk menurunkan kerapuhan akibat
pendinginan.
5. Membantu pengontrolan ukuran dan frekuensi tetesan logam cair.
6. Memungkinkan dipergunakannya posisi-posisi yang berbeda.
b.
Elektroda tidak berbungkus
(elektroda polos)
Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar memelihara
kestabilan busur nyala dibandingkan dengan elektroda berbalut. Pada umumnya
elektroda ini digunakan dalam menggunakan las otomatis karena kampuh las
mempunyai bahan pengisi tersendiri dan pemakainnya pada mesin las tangan hanya
pada mesin las arus searah yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak
terlalu penting (berkualitas rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela,
dan sebagainya.
Simbol Elektroda dan Maknanya
Berhubung sangat
banyaknya jenis elektroda yang dipergunakan untuk berbagai jenis pengelasan,
maka untuk memudahkan pengidentifikasiannya agar sesuai dengan bahan yang akan
dilas dan cara pengelasannya, dibuatlah system symbol atau kode yang akan
mengidentifikasi jenis bahan dan lapisan pelindungnya, kekuatan mekanisnya,
posisi/cara pengelasan, dan jenis arus serta polaritas listrik yang
dikehendaki.
Masing-masing Negara maju menyusun symbol untuk
negaranya sendiri sehingga sangat banyak jumlah symbol yang digunakan. Namun
dengan persetujuan diantara mereka, terdapat kesamaan ataupun kemiripan dalam
sifat mekanis maupun susunan kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar,
cara, dan metode pembacaan yang berorientasi pada AWS (American Welding Society
Udara luar yang mengandung O2 dan N2
dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang disebut
terak yang terapung dan membeku melapisi permukaan yang masih panas.
Ukuran standar diameter kawat
inti dari 1,5 – 7 mm dengan panjang antara 350 – 450 mm. Sebagian bahan fluks
dari elektroda ini antara lain : selulosa, kalsium karbonat (CaCO3),
titanium dioksida (rutil), kaolin, kalsium oksida, mangan, oksida besi, serbuk
besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya. Dengan prosentase yang berbeda
untuk setiap elektroda.
a.
Klasifikasi elektroda
Menurut standar AWS/ASTM (American Welding
Society/American Society for Testing Material), pengklasifikasian
elektroda dilakukan untuk baja/elektroda baja lunak dan baja panduan rendah
untuk las ditandai dengan huruf E disertai dengan 4 atau 5 angka E
XXXX, yang artinya sebagai berikut :
·
E menyatakan elaktroda busur listrik
·
XX (dua angka) sesudah E menyatakan
kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2.
·
X (angka ketiga) menyatakan posisi
pangelasan.
angka 1 untuk pengelasan segala
posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan .
·
X (angka keempat) menyataken jenis
selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan.
Tabel Kekuatan Tarik Menurut AWS
Klasifikasi
|
Kekuatan Tarik
Lb/in2
|
Kekuatan Tarik
Lb/in2
|
E 60 xx
E 70 xx
E 80 xx
E 90 xx
E 100 xx
E 110 xx
E 120 xx
|
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
110.000
120.000
|
42
49
56
63
70
77
84
|
Tabel Jenis Selaput dan Pemakaian Arus
Angka Keempat
|
Jenis Selaput
|
Jenis Arus
|
0
1
2
3
4
5
6
7
|
Selulosa
– Natrium
Selulosa
– Kalium
Rutil –
Natrium
Rutil –
Kalium
Rutil –
Serbuk Besi
Kalium
– Hidrogen Rendah
Kalium
– Hidrogen Rendah
Serbuk
Besi – Oksida Besi
|
DC+
AC,DC+
AC,DC-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
AC,DC+/-
|
Contoh :
Pada elektroda Philips berseri
AWS tertulis E6013 artinya :
E =
Elektroda las listrik
60 =
kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 lb/m2 atau 42
kg/m2
1 =
dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
3 = jenis selaput
rutil-natrium, dan jenis arus AC,DC+/-
b.
Karateristik
macam-macam elektroda menurut standar AWS
Terdapat beberapa jenis elektroda
baja lunak. Yang membedakan antara jenis yang satu dengan jenis lainnya
hanyalah pada jenis bahan selaputnya, sedangkan kawat intinya sama. Beberapa
jenis yang termasuk elektroda baja lunak adalah sebagai berikut :
1)
E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis
elektroda dengan selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelasan dengan
penembusan yang dalam.
2)
E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk
jenis selaput rutil yang dapat menghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat
dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat
baik untuk posisi pengelasan tegak arah ke bawah. Jenis E 6013 yang mengandung
lebih banyak kalium memudahkan pemakaian pada voltase mesin rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pengelasan pelat tipis.
3)
E 6020
Elektroda
jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas
dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan.
4)
Elektroda
dengan selaput serbuk besi
Selaput
elektroda jenis E 6027 , E 7014, E 7016, E 7024 dan E 7025 mengandung serbuk
besi untuk meningkatkan efesiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan
lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk
besi dan bertambah tebalnya selaput memerlukan arus yang lebih besar.
5)
Elektroda
hidrogen rendah
Selaput
elektroda jenis ini mengandung hidrogen yang rendah (kurang dari 0,5%),
sehingga deposit las juga dapat bebas dari perositas. Elektroda ini dipakai
untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas perositas, misalnya untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis
elektroda hidrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
Elektroda las tidak hanya
merupakan kawat logam tetapi atau diselimuti oleh fluks. Fluks yang dibuat
menyelimuti kawat las memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a.
Penghasil
gas CO2 yang berasal dari pembakaran fluks yang berfungsi melindungi
busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir.
b. Deoxidiser (mengikat gas O2 yang ikut terlarut dalam cairan
logam
c. Pembentuk terak/slag, yang melindungi logam beku dari oksidasi dan membantu
membentuk manik las.
d. Unsur-unsur
paduan, yang memberikan perbaikan sifat tertentu pada logam las.
e. Unsur-unsur
pembentuk ion-ion, yang memuat busur listrik lebih stabil dan mampu beroperasi
dengan penggunaan arus AC.
f. Meningkatkan
produktifitas pengelasan
F. Teknik
Pengelasan Las Listrik
a.
Posisi Di Bawah Tangan
Kemiringan
elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan
elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
b.
Posisi Tegak (vertical)
Mengelas
posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah.
Dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan
70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
c.
Posisi Datar (horizontal)
Mengelas
dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda
kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas
elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical
dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.
d.
Posisi Di Atas Kepala (Overhead)
Mengelas
dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan
elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75
derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
e.
Posisi Datar (1G)
Pada posisi
ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk
jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat
juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam
pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan
jalan pipa diputar.
f.
Posisi Horizontal (2G)
Pengelasan
pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan
pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. posisi sudut
electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2
kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang
baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali
diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan
melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar
tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.
g.
Posisi vertikal (3G)
Pengelasan
posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate
dan elektrode vertikal.
h.
Posisi Horizontal Pipa (5G)
Pada
pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada
pipa yang mempunyai dinding tebal karena membutuhkan panas yang tinggi.
Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan
arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding
dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi
horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya
hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam
5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan
kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan
elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur
dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode.
2.
Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada
pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las
turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
i.
Pengelasan Bawah Air
Pengelasan
bawah air merupakan pengembangan metode pengelasan yang telah ada sebelumnya.
Beberapa keuntungan yang didapat dari teknik pengelasan ini, diantaranya adalah
biaya yang relatif lebih murah dan persiapan yang dibutuhkan jauh lebih singkat
dibanding dengan teknik yang lain, namun ada hal-hal lain yang mesti
dipertimbangkan sebelum mengaplikasikannya. Terdapat dua kategori utama pada
teknik pengelasan di dalam air adalah pengelasan basah (Wet Underwater
welding) dan pengelasan kering (Dry Underwater Welding).
1.
Pengelasan Basah (Wet Underwater Welding)
Dimana proses
pengelasan ini berlangsung dalam keadaan basah dalam arti bahwa elektrode
maupun benda berhubungan langsung dengan air. Aplikasi pengelasan sampai
kedalaman 150 m. Metode pengelasan memberikan hasil yang kurang memuaskan,
disamping memerlukan welder yang memiliki keahlian menyelam yang tangguh
dan memerlukan pakaian khusus untuk selam, gelembung gas yang terjadi selama
proses pengelasan akan sangat mengganggu pengamatan welder tersebut.
Adapun proses pengelasan yang dipakai SMAW, FCAW dan MIG.



(a)
(b)

(c)
Gambar (a) cara kerja SMAW, (b) cara kerja FCAW
(c) cara kerja MIG
2.
Pengelasan Kering (Dry Underwater Welding)
Metode
pengelasan ini tidak berbeda dengan pengelasan pada udara terbuka. Hal ini
dapat dilakukan dengan bantuan suatu peralatan yang bertekanan tinggi yang
biasa disebut dengan Dry Hyperbaric Weld Chamber, dimana alat ini secara
otomatis didesain kedap air seperti layak desain kapal selam. Applikasi
pengelasan sampai kedalaman 150 m kebawah. Seorang welder /diver sebelum
menjalankan tugas ini tidak boleh langsung terjun pada kedalaman yang dituju,
tetapi harus menyesuaikan terlebih dahulu step by step tekanan yang terjadi
pada kedalaman tertentu sampai dapat menyesuaikan tekanan yang terjadi pada
kedalaman yang dituju, otomatis untuk pengelasan 1 joint bisa memakan waktu
yang cukup lama.
G.
Proses
Pengelasan
a)
Pembentukan busur
listrik pada proses penyulutan
Pada
pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan
mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif
mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini
ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk
menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur
listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda
misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya
dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi
jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis
tengah elektroda).
Dengan
penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas, berlangsung
hubungan singkat di dalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang
kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda
kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan
benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir. Suhu busur cahaya yang
demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri
terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan
elektroda yang terus menerus menetes.
b)
Proses Penyulutan
Setelah
arus dijalankan,
elekteroda didekatkan pada
lokasi jalur sambungan
disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
c)
Menyalakan busur
listrik
Untuk
memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arus (ampere) yang tepat
sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalakan busur dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara yakni :
o
Bila pesawat Ias yang
dipakai meisn
Ias AC, menyalakan busur dilakukan
dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja.

Gambar Penyalaan Busur meisn Ias AC
o
Untuk menyalakan busur
pada mesin
Ias DC, elektroda disentuhkan.

Gambar Penyalaan Busur meisn Ias DC
Bila
elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu
dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang
lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Bilamana busur sudah
terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama
dengan diameter elektroda.
Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan :
·
Jika busur nyala
terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama
dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam
induk.
·
Perbesar jarak tersebut(perpanjang
nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk.
·
Kalau logam induk telah
sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang
tadi.
d)
Memadamkan busur
listrik
Cara
pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas.
Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari
logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian
elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
H.
Pengkutuban
elektroda
a)
Pengkutuban
Langsung
Pada
pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel
massa pada terminal positif. Pengkutuban
langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif.
(DC-).

Gambar Pengkutuban Langsung
b)
Pengkutuban
terbalik
Untuk
pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel
massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut
sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)

Gambar Pengkutuban Langsung
c)
Pengaruh
pengkutuban pada hasil las
Pengaruh pengkutuban pada
hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung akan menghasilkan
penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi
sebaliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
I.
Gerakan Elektroda
Ada dua macam gerakan elektroda pada saat
pengelasan, yaitu:
1) Gerakan arah turun sepanjang sumbu
elektroda.
Gerakan
ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap pada posisinya.
2) Gerakan ayunan elektroda
Gerakan ini diperlukan untuk
mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan jalur las
yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal dari pada ayunan ke
bawah.
J.
Arus Listrik
Pada Pengelasan
Arus listrik yang digunakan dalam
pengelasan harus sesuai dengan ukuran diameter elektroda. Tiap elektroda
mempunyai ampere minimum dan maksimum. Tetapi dala prakteknya dipilih atau
ditentukan ampere pertengahan.
Tabel Ampere
Elektroda
Diameter elektroda dalam
|
Tipe elektroda
|
||||||
mm
|
in
|
E 6010
|
E 6014
|
E 7018
|
E 7024
|
E 7027
|
E 7028
|
2,5
|
3/32
|
-
|
80 -125
|
70 – 100
|
100 -145
|
-
|
-
|
3,2
|
1/8
|
80 -120
|
110 - 160
|
115 – 165
|
140 – 190
|
125 -185
|
140 - 190
|
4
|
5/32
|
120 - 160
|
150 - 220
|
115 – 165
|
180 – 250
|
160 - 240
|
180 - 250
|
5
|
3/16
|
150 - 200
|
200 - 275
|
200 – 275
|
230 – 305
|
210 - 300
|
230 - 305
|
5,5
|
7/32
|
-
|
260 - 340
|
260 – 340
|
275 – 265
|
250 - 350
|
275 - 365
|
6,3
|
1/4
|
-
|
330 - 415
|
315 – 400
|
335 – 430
|
300 - 420
|
335 - 430
|
8
|
5/16
|
-
|
390 - 500
|
375 – 470
|
-
|
-
|
-
|
Kenggunaan
elektroda sesuai dengan diameter elektroda
Tebal Bahan
(mm)
|
Diameter Elektroda
(mm)
|
Kuat Arus
(Ampere)
|
1
1 – 1,5
1,5 – 2,5
2,5 – 4,0
4,0 – 6,0
6,0 – 10
10 – 16
diatas 16
|
1,5
2,0
2,6
3,25
4,0
5,0
6,0
8,0
|
20 – 35
35 – 60
60 – 100
90 – 150
120 – 180
150 – 220
200 – 300
280 – 400
|
·
Bila arus
terlalu rendah, akan menyebabkan:
1) Penyalaan busur listrik sukar dan
busur listrik yang terjadi tidak stabil
2)
Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang
terjadi tidak mampu melelehkan elektroda dan bahandasar dengan baik
3)
Penembusan kurang baik
4)
Pinggiran-pinggiran dingin

Gambar hasil Pengelasan Arus Terlalu Rendah
·
Bila arus
terlalu tinggi, maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan:
1)
Permukaan las yang lebih lebar dan datar
2)
Perembesan yang terlalu dalam
3) Terjadi parit-parit sepanjang jalur las

Gambar
Hasil Pengelasan Bila Arus Terlalu Tinggi
K. Pengaruh Jarak Busur Pada Hasil Las
Jarak Busur (L) yang normal
adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) elektroda.
·
Bila jarak busur tepat (L=D), maka
cairan elektroda akan mengalr dan mengendap dengan baik, dan hasilnya:
1) rigi-rigi las yang halus dan baik
2) tembusan las
baik
3) perpaduan
dengan bahan dasar baik
4) percikan
teraknya halus
·
Bila jarak busur terlalu besar
(L>D), maka akan timbul bagian-bagian yangberbentuk bola cairan elektroda,
hasil pengelasan yaitu:
1) rigi-rigi
las kasar
2) tembusan las
dangkal
3) percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las
·
Bila busur las
terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bila terjadi pembekuan ujung
elektroda pada pengelasan dan menghasilkajn hasil las:
1) rigi-rigi
las tidak merata
2) tembusan las
tidak baik
3) jalur las
terlalu kcil
4) percikan
teraknya kasar dan berbentuk bola.
L.
Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil
Las
Untuk menghasilkan rigi-rigi las
yang rata dan halus, kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas
harus stabil.
Apabila elektroda digerakkan:
a. Tepat
dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengah bahan dasar perembesan las
yang baik

Gambar Hasil Pengelasan Dengan Kecepatan Tepat dan
stabil
b. Terlalu
cepat, menghasilkan perembesan las dangkal karena pemansan bahan dasar
kurang dan cairan elektroda kurang menembus bahan dasar.

Gambar Hasil Pengelasan Dengan Kecepatan Terlalu Cepat
c. Terlalu
lambat menghasilkan jalur yang lebar dan menimbulkan kerusakan sisi las
terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.

Gambar Hasil Pengelasan Dengan Kecepatan Terlalu
Lambat
BAB II
MESIN LAS ASETILIN /KARBIT

Gambar Mesin Las Asetilin
A. Pengertian
Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang mengunakan
gas aseteline (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2
sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk
dan logam pengisi serta penyambungan tanpa penekanan. Proses penyambung logam melalui proses pelelehan logam menggunakan energi panas
hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigen tersebut digunakan
mesin yang disebut mesin las asetilen.

Gambar Las Asetilin
1.
Tabung Oksigen
Tabung
oksigen berfungsi untuk menampung gas oksigen. Tabung oksigen biasanya berwarna
biru atau hitam, mempunyai katub atau pembuka katup berupa roda tangan, baut
serta mur pengikatnya menggunakan ulir kanan. Bagian atas ada dudukan untuk
memasang regulator.
2.
Katup silinder oksigen
Katup
silinder oksigen terletak diujung atas silinder berguna untuk membuka atau
menutup keluarnya oksigen sesuai keperluan. Dalam katup ini terdapat lubang
pengaman dimana jika temperatur naik maka tekanan akan naik, tekanan akan
dikurangi lewat pengaman ini .
3.
Katup silinder asetilin
Katup
silinder asetilin terletak diujung atas berguna membuka atau menutup keluarnya
asetilin juga terdapat pengaman yang akan mencegah terjadinya ledakan karena
tekanan panas dari dalam silinder.
4. Torch
/ Brander
Torch / Brander merupakan tempat
bercampurnya gas asitelin dan oksigen setelah melalui proses pembukaan
katup-katup penyetelan gas acetylene dan oksigen pada brander. Campuran gas
asitelin dan oksigen mengalir melalui batang brander menuju saluran keluar pada
ujung brander yaang berlubang.
|
Gambar
Brander Las Oxy
Gambar Brander
5.
Selang Oksigen
Selang
Oksigen merupakan penghubung antara gas oksigen yang keluar dari tekanan kerja
regulator dengan brander las. Selang oksigen berwarna hijau/biru dan memiliki
ulir kanan. Selang, dibuat spesial mampu manahan tekanan tinggi, dibuat dalam
ukuran 3/16”, ¼”,3/8” and ½”.
6.
Saluran Asetilin
Selang
asetilin merupakan penghubung antara gas asetilin yang keluar dari tekanan
kerja regulator dengan brander las. Selang gas
asetilin berwarna merah dengan ulir kiri.
7.
Tabung asetilin
Tabung
gas asetilin berfungsi untuk menampung gas gas asetilin. Untuk tabung gas
asetilin menggunakan tabung berwarna putih atau kuning. Di dalam tabung
asetilin terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra
tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan supaya
asetilin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan. Dibagian
bawah tabung diberi sumbat pengaman atau sumbat lebur akan meleleh dan lubang
sumbat akan bocor bila sumbat pengaman mencapai suhu 100°C. Pengeluaran gas
tidak boleh lebih dari 750 liter/jam. Tabung ini berisi 40 s.d. 60 liter gas
asetilin, bentuknya pendek dan gemuk, biasanya berwarna merah.
8.
Regulator asetilin
Fungsi
dari regulator asetilin yaitu untuk mengukur tekanan gas di dalam tabung dan
mengatur tekanan kerja pengelasan. Regulator asetilin berwarna merah. Regulator
atau lebih tepat dikatakan Katup Penutup Tekan, dipasang pada katub tabung
dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana
kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan
kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Pada regulator terdapat
bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup
pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan
katup pengatur keluar gas menuju selang. Regulator asetilin memiliki jenis ulir
kiri dan kemampuan regulator yaitu dibuat sampai 500 psi, dan tekanan kerja 15
psi.
9.
Regulator Oksigen

Gambar regulator
Fungsi
dari regulator oksigen ini yaitu untuk mengukur tekanan gas oksigen di dalam
botol dan mengatur tekanan kerja pengelasan. Untuk regulator oksigen
menggunakan warna hijau. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan
besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Ulir sambungan
regulator oksigen menggunakan ulir kanan. Regulator oksigen, dimana tabung
oksigen penuh tekanannya adalah 2200 psi, untuk mengelas tidak memungkinkan
dengan tekanan sebesar itu maka perlu regulator. Regulator oksigen mampu
menahan tekanan sebesar 3000 psi.
10.
Silinder Pressure
Pengatur tekanan
atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan, dihubungkan pada katup gas
atau oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang sesuai dengan torch, pada
umumnya terdiri dari kran yang dilengakapi dengan dua manometer, yang
berhubungan langsung dengan gas asetilin atau oksigen disebut manometer isi.
Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut manometer kerja. Nosel didalam
regulator terbuka dan tertutup oleh katup yang ditekan oleh pegas dan
dihubungkan dengan membran. Dengan cara mengatur tekanan ulir pada membran,
tekanan gas yang masuk ke torch mempunyai harga tertentu dan konstan.
11.
Baut Pengunci
12.
Pemegang silinder
C.
Perlengkapan Las Asetilin
1.
Korek api las
Korek api las digunakan untuk menyalakan gas, karena
tangan kita posisinya terlalu dekat dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah
terjilat api. Untuk itu menyalakan gas ini biasanya digunakan korek api las.
2.
Sikat kawat (wire
brush)
Sikat
kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa
terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat terbuat dari kawat-kawat
baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat
mengisolasi panas dari bagian yang disikat.

Gambar Sikat Kawat
3.
Palu las (chipping
hammer).
Palu
las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan
dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan
terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api
dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan untuk memukul pada bagian sudut
rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul benda-benda keras,
karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujung-ujung palu sehingga palu
tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar Palu Las
4.
Tang penjepit
Tang elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las.
Alat ini terdiri atas mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat

Gambar Tang Penjepit
5.
Air
Air digunakan untuk
mendinginkan benda kerja setelah pengelasan.
D. Pembuatan
Oksigen
Secara teknis, oksigen di dapat dari
udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara elektrolisa, campuran udara cair dan
air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit adalah antara Nitrogen dan
Oksigen . Nitrogen titik didihnya lebih besar,
dan titik didih kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen = -183 0C
dan Nitrogen = -196 0C),
sehingga perlu pemurnian oksigen
dilaksanakan secara berulang-ulang. Kemurnian yang dapat dicapai
sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki baja dengan tekanan
kerja antara 15-30 atm. Keuntungan
pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut, dapat
dipertahankan pada tangki penyimpan dan
mudah pada saat pengangkutan. Pada saat
dibutuhkan dengan menggunakan alat
(Gasificator), oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang
besar kemudian oksigen gas tersebut
disimpan pada botol-botol baja. Tekanan pada botol-botol baja dibagi berdasarkan
kelas. Kelas medium tekanannya sampai 15 atm dan kelas tekanan tinggi sampai
dengan 165 a atm.
Oxygen Quality Control
Untuk mengetahui kemurnian oksigen, dipakai alat Oxygen Purity Test Ap Apparatus, pada prinsipnya adalah mereaksikan
oksigen dengan larutan ammonia (NH4OH) + CU CL2 , sisa
yang tidak terlarut adalah nitrogen dan argon.
E. Pembuatan
Asetilin
Secara komersial (C2H2) untuk industri
las karbit, diperoleh dengan mereaksikan
kalsium karbid dengan air. Jadi
asitelin adalah gas hidro karbon yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon
dan air dengan reaksi sebagai berikut :
Ca O + 3 Ca C2 + Co
108 + k .kal/g.mole (jadi pembakaran
kapur dengan karbon tanpa udara). Asetilin
tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan dalam perdagangan ada bau khusus
karena ada kotoran belerang dan phosphor. Asetilin murni mudah meledak karena
faktor-faktor tekanan dan temperature. Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari asetilin adalah
adanya kotoran-kotoran, katalisator, kelembaban, sumber-sumber penyalaan,
ukuran dan bentuk tangki.
Karena alasan-alasan tersebut di
atas, pada asetilin generator dibatasi, tekanan asetilin maksimum 5 atm. Karena
asetilin di atas tekanan 2 atm dapat meledak. Untuk mengatasinya jika asetilin
disimpan di dalam botol bertekanan lebih besar dari 2 atm, harus dilarutkan
pada aseton cair. Caranya adalah melapisi dinding dalam botol pen
yimpanan dengan asbes ferrous dan
dicelupkan dengan acetone cair.
F.
Jenis-jenis
Nyala Api yang Digunakan di dalam Las Asetilin
Untuk dapat mengelas oxy-acetylene dengan baik maka harus dapat mengenali ketiga nyala yang ada di dalam las ini serta dapat
menyetel nyala api yang sesuai. Penyetelan nyala api dimulai dari pembukaan
katup acetylene terlebih dahulu sampai api pada posisi batas tidak berjelaga
yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan katup oksigen sampai diperoleh nyala
api yang dikehendaki. Ada 3 nyala api las yaitu:
a.
Nyala karburasi
Nyala karburasi merupakan
nyala dimana gas asetilin yang dikeluarkan tidak
secara sempurna terbakar semuanya akibat konsumsi gas oksigen yang kurang atau
dengan kata lain perbandingan gas oksigen lebih sedikit bila dibandingkan dengan asetilin. Nyala ini ditandai dengan adanya kerucut tengah diluar kerucut inti dan
kerucut luar.
Nyala api
luar berwarna biru.
Kegunaan
Nyala
karburasi :
1 . Untuk
memanaskan
2 . Untuk
mengelas permukaan yang keras dan logam putih.

Gambar Nyala
Karburasi
b.
Nyala netral
Nyala netral merupakan nyala dimana
gas asetilin yang dikeluarkan
secara sempurna terbakar semuanya dengan bantuan gas oksigen yang seimbang.
Nyala ini ditandai dengan terbentuknya kerucut inti yang bersinar biru kemilau,
hilangnya kerucut tengah, dan terbentuknya kerucut luar yang lebih pendek dari
kerucut luar pada nyala karburasi. Nyala api kerucut dalam berwarna
putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar
berwarna kuning
Kegunaan Nyala Netral
:
1 . Untuk pengelasan
biasa
2 . Untuk mengelas
baja atau besi tuang.

Gambar Nyala Netral
c.
Nyala oksidasi
Nyala oksidasi merupakan
nyala dimana gas acetylene yang dikeluarkan tidak sebanding dengan konsumsi gas
oksigen. Nyala ini ditandai dengan terbentuknya kerucut inti yang lebih pendek
dari nyala netral yang berwarna biru kusam dan tidak kemilau, kerucut luar yang
lebih pendek, serta munculnya bunyi desis yang lebih.
Kegunaan Nyala Oksidasi:
-untuk pengelasan logam
perunggu dan kuningan.

Gambar nyala
oksidasi
G. Teknik
Pengelasan Las Asetilin
Pada
posisi pengelasan dengan oksi asetilin arah gerak pengelasan dan posisi
kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik
pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :
a.
Pengelasan di bawah
tangan
Pengelasan
di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan
benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander)
terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut
antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.
Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya
adalah lurus.
b.
Pengelasan mendatar
(horisontal)
Pada
posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan
brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja
menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat
pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.

Gambar Pengelasan Mendatar
c.
Pengelasan tegak
(vertikal)
Pada
pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang
bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°

Gambar Pengelasan Vertikal
d.
Pengelasan di atas
kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit
dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan
pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander
dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di
belakangnya bersudut 45°-60°.


Gambar Pengelasan
Atas Kepala
e.
Pengelasan dengan arah
ke kiri (maju)
Cara
pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri
dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan
sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan
karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat
mengelas.
f.
Pengelasan dengan arah
ke kanan (mundur)
Cara
pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5
mm ke atas
g.
Operasi Branzing (
Flame Brazing )
Yang dimaksud dengan branzing
disini ada lah proses penyambunngan tanpa mencairkan logam induk yang
disambung, hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat
baja yang menggunakan kawat las dari
kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C)
lebih tinggi dari kuningan (sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu,
proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
h.
Operasi Pemotongan
Logam ( Flame Cut )
Kasus pemotongan logam
sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing)
dan menggunting (shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran
logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang
ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih
tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong
pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las
gas ini dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel
menyebutnya brender ). Pemotongan pelat
logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen
berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih,
dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

i.
Operasi Perluasan (
Flame Gauging )
Operasi perluasan dan
pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat
cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan
pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan
retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan
tadi diisi kembali dengan logam las.

j.
Operasi Pelurusan (
Flame Straightening )
Operasi pelurusan dilaksanakan
dengan memberikan panas pada komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu.
Ilustrasi dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada
suatu logam batang. Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga.
Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut
menghasilkan pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah
pemanasan terbesar.

H.
Penyalaan
Api, Pengelasan, dan Mematikan Api Las
Sebelum menyalakan api
brander yang digunakan untuk mengelas, maka prosedur yang harus ditempuh
adalah:
o
Memeriksa semua
alat-alat perlengkapan las asetilin apakah seluruhnya terpasang dengan baik.
o
Memeriksa regulator.
o
Membuka ulir pengatur
regulator berlawanan dengan arah jarum jam agar tidak terjadi kejutan tekanan
setelah gas dari tabung dibuka yang akan merusakkan diafragma regulator.
o
Berdirilah pada sisi
lain regulator ketika membuka katup gas pada tabung agar tidak dikenai kemungkinan
bocoran dari regulator yang membahayakan diri.
o
Secara perlahan bukalah
katup tabung silinder asetilin antara ¼ sampai ½ putaran dengan arah berlawanan jarum jam. Gunakan kunci
khusus untuk ini dan tetap biarkan kunci yang bersangkutan terpasang pada katup
ini agar jika terjadi nyala api balik, tabung asetilin akan dengan cepat dapat ditutup. Atur tekanan kerja gas asetilin dengan memutar ulir pengatur tekanan kerja searah dengan putaran jarum
jam. Pada saat pengaturan ini katup asetilin pada brander harus dibuka satu putaran agar dapat ditentukan tekanan kerja
yang sebenarnya. Pengaturan tekanan ini akan bergantung dari besar kecilnya
brander yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda kerja yang akan
dilas.
o
Bukalah katup gas
oksigen dengan perlahan agar tidak merusak diafragma regulator. Atur tekanan
kerja dengan memutar ulir pengatur tekanan kerja searah dengan jarum jam. Pada
saat pengaturan ini katup oksigen pada brander harus dibuka satu putaran agar
dapat ditentukan tekanan kerja yang sebenarnya. Pengaturan tekanan ini akan
bergantung dari besar kecilnya brander yang digunakan disesuaikan dengan
ketebalan benda kerja yang akan dilas.
a.
Prosedur penyalaan api las
Untuk
menyalakan api las perlu ditempuh prosedur sebagai berikut:
o
Membuka katup pengatur asetilin tidak lebih dari 1/16
putaran dan nyalakan dengan korek api las.
o
Memutar katup lebih lebar lagi sampai nyala api meloncat dari ujung brander
sekitar 1/16 inchi. Posisi ini menunjukkan bahwa konsumsi gas yang digunakan
sudah cukup untuk mengelas. Putar sebaliknya sampai didapatkan nyala api pada
ujung brander. Cara lain yang dapat ditempuh untuk menentukan jumlah asetilin yang sesuai adalah dengan menyetel
nyala api sampai didapatkan nyala dengan jarak aliran turbulen sekitar ¾ sampai 1 inchi dari ujung brander.
Setelah didapatkan nyala ini, api kemudian diperkecil sampai tidak berjelaga.
o
Setelah pengaturan asetilin ini, katup gas oksigen secara perlahan dibuka yang akan diikuti dengan
munculnya kerucut nyala inti yang terang pada ujung brander. Pada pembukaan
katup yang pertama dengan kondisi sedikit oksigen, akan didapat nyala karburasi
dimana kerucut inti akan diikuti dengan kerucut tengah. Pada pembukaan katup
oksigen yang lebih lebar nyala kerucut tengah ini akan hilang. Pada posisi tepat
dimana kerucut tengah ini hilang, nyala api yang terjadi disebut nyala netral
dengan nyala kerucut inti yang terang. Penambahan pembukaan katup yang lebih
lebar akan menciptakan nyala api oksidasi dengan nyala inti yang kusam. Dalam
banyak hal pengelasan, nyala api netral yang paling sering digunakan untuk
mengelas. Pada las aluminium dan brazing nyala api sedikit karburasi yang
sering digunakan.
b.
Prosedur pengelasan
Untuk dapat mengelas
dengan baik dibutuhkan 3 prasyarat utama yang harus dipenuhi meliputi mampu menyetel nyala api brander
dengan baik, mampu menempatkan posisi brander dengan baik berikut pola
mengayunnya, mampu memanasi logam dan menciptakan kawah las yang baik untuk
penyambungan baik dengan memakai filler metal atau tidak. Penempatan brander
biasanya terletak tegak lurus dengan sisi kanan kiri logam yang disambung dan
membentuk sudut antara 300 – 400 dengan arah jalur yang
akan dibuat. Sedangkan jarak kerucut inti dengan logam yang akan disambung
sekitar 1,6 mm – 3,2 mm. Posisi sudut pengelasan dan jarak kerucut inti
terhadap benda kerja dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar Sudut pengelasan dan Jarak
Kerucut Inti
|
Gambar Pola Ayunan Brander
Menciptakan kawah las
merupakan syarat utama untuk menghasilkan pengelasan yang sempurna.
Karena kawah las ini akan memberitahu tentang penetrasi las yang diharapkan,
kesesuaian penyetelan nyala api berkaitan dengan panas yang diperlukan,
bagaimana dan kapan brander perlu digeser, serta kapan dan bagaimana filler
metal perlu ditambahkan.
c.
Prosedur mematikan api
las
Jika akan meninggalkan lokasi untuk beberapa menit atau selesai mengelas,
proses untuk mematikan api las dimulai dengan menutup katup asetilin terlebih dahulu baru diikuti dengan katup oksigen. Tetapi jika ingin
meninggalkan lokasi untuk waktu yang lama atau alat sudah tidak digunakan lagi,
prosedur mematikan api las dimulai pertama kali dengan menutup katup asetilin yang dilanjutkan dengan katup oksigen pada brander. kemudian tutup katup
tabung asetilin dan oksigen
rapat-rapat. Buka kembali katup asetilin dan oksigen pada brander untuk membuang semua sisa gas yang ada pada
saluran gas. Kendorkan ulir pengatur tekanan kerja pada regulator. Jangan
mengendorkan sebelum sisa gas ini dibuang karena sisa gas akan tetap ada pada
regulator.
I. Kerusakan atau Cacat Las Pada Teknik Pengelasan Asetilen
Cacat
las / defect weld adalah suatu keadaan hasil pengelasan dimana terjadi
penurunan kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil lasan yang dimaksud adalah
berupa turunnya kekuatan dibandingkan dengan kekuatan bahan dasar base metal,
tidak baiknya performa / tampilan dari suatu hasil las atau dapat juga berupa
terlalu tingginya kekuatan hasil lasan sehingga tidak sesuai dengan tuntutan
kekuatan suatu konstruksi.
Contoh
cacat las yang dapat diidentifikasi antara lain:
1.
Undercut
Undercut
atau tarik las terjadi pada bahan dasar, atau penembusan pengelasan tidak
terisi oleh cairan las, akan mengakibatkan retak.
Penyebab
:
·
kelebihan panas
·
kelebihan kecepatan pengelasan, sehingga
tidak cukup
·
bahan tambah mengisi cairan las.
·
kelebihan kecepatan ayunan
·
sudut dari brander dan bahan tambah yang
tidak benar.
Cara
pencegahan :
·
kurangi tekanan gas
·
kecepatan pengelasan diperlambat, maka
cairan las dapat mengisi dengan lengkap pada daerah luar bahan dasar
·
periksa sudut brander maupun bahan tambah
saat pengelasan.

Gambar Undercut
2.
Incomplete Fusion
Incomplete
Fusion terjadi ketika cairan las tidak bersenyawa dengan bahan dasar atau
lapisan penegelasan sebelumnya dengan lapisan yang baru dilas.
Penyebab:
Penyebab:
·
Kelebihan kecepatan pengelasan yang
menyebabkan hasil pengelasan cembung pada manik las.
·
Tekanan api yang terlalu kecil
·
Persiapan pengelasan yang buruk seperti
terlalu sempit rootgap.
Cara
pencegahan :
·
naikkan tekanan gas
·
kecepatan pengelasan diperlambat,
·
periksa sudut brander maupun bahan tambah
saat pengelasan.
·
Lebarkan celah atau rootgap
3.
Overlaping
Overlaping adalah tonjolan cairan las yang keluar melebihi
bibir kampuh.
Penyebab :
Penyebab :
·
Terlalu lambat kecepatan pengelasan.
·
Api terlalu kecil
·
sudut dari brander dan bahan tambah yang
tidak benar.
Cara
pencegahan :
·
kecepatan pengelasan dipercepat
·
pergunakan sudut brander maupun bahan tambah
yang benar saat pengelasan.
·
Naikkan tekanan gas
4.
Crater
Crater
atau kawat pengelasan adalah bagian yang dangkal pada permukaan las ketika
pengelasan berhenti disebabkan oleh cairan las yang membeku setelah pengelasan
berhenti, dapat menyebabkan retak bahkan sampai ke bahan dasar.
Cara pencegahan:
Cara pencegahan:
Pencegahannya
dapat dilakukan dengan memberikan waktu pengelasan yang agak lama pada daerah
tersebut sebelum mengakhiri pengelasan.

Gambar Keretakan Crater
Alat
Keselamatan Kerja Pada Pengelasan Las Listrik dan Asetilin
1.
Topeng las (welding
mask)
Untuk
melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan pada saat
melakukan pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda -benda panas
lainnya. Juga untuk melindungi muka operator las terhadap percikan hasil
pemotongan, dan ledakan percampuran gas yang tidak sempurna.

Gambar Topeng Las
2.
Sarung tangan kulit
Pekerjaan
mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas, kontak dengan panas
sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan benda kerja yang
memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan dan pemotongan. Untuk
melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan percikan pada saat
pemotongan benda-benda panas maka operator las harus menggunakan sarung
tangan.

Gambar Sarung Tangan
3.
Jaket kulit/Apron
kulit.
Untuk
melindungi kulit dan organ-organ tubuh
pada bagian badan operator dari
percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda
kerja serta pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada baian
badan perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.

Gambar Jaket Kulit/ Apron
kulit
4.
Kaca mata pengaman
(safety glasses)
Untuk
Melindungi mata pada saat membersihkan
kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang menggunakan palu terak maupun
mesin gerinda.

Gambar Kaca mata pengaman (safety glasses)
5.
Sepatu pengaman
Untuk
melindungi kaki terhadap benda-benda panas yang ada dilantai maupun percikan
api las dari atas pada saat melakukan
pengelasan dan pemotongan.

Gambar sepatu Pengaman
6.
Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari
bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang ada disekitarnya
tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi:
Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan
yang mudah terbakar agar terhindar
dari kemungkinan terjadinya kebakaran
oleh percikan terak las dan bunga api.

Gambar
Kamar Las
7.
Masker
Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi
yang baik, maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las
yang beracun.

Gambar
Masker Las
Tidak ada komentar:
Posting Komentar